Sabtu, 10 Oktober 2009

MENGASAH KECERDASAN EMOSIONAL

Memaknai sinyal ataupun isyarat dalam dinamika kehidupan adalah sesuatu hal yang seharusnya kita sikapi
dan merupakan proses pembelajaran yang tiada pernah berakhir. Sistim pendidikan kita yang lebih
menitik beratkan kepada membangun kecerdasan intelektual, dan ilmu-ilmu rasionalitas sehingga tidak
terjadi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
Dalam banyak kasus, keputusan tidak diambil berdasarkan perpaduan antara keduanya, tetapi
lebih mengacu pada rasionalitas, untung dan rugi atau positif dan negatif.


Cerita di bawah ini adalah salah satu contoh dari pengalaman pribadi penulis,yang hingga saat ini
masih dalam proses meraba-raba, menggali dan mengkaji akan makna dan kehebatan "hati sanubari" atau
lebih tepat masih dalam proses membangun kecerdasan emosional.
Sedikitpun tidak bermaksud untuk menyombongkan, membanggakan... semoga jauh dari itu semua..!
Semoga bermanfaat untuk para pembaca....


Sudah empat hari saya menunggui istri yang di rawat di ICU Rumah Sakit Otorita Batam. Empat hari itu
juga saya harus tidur di ruang tunggu, Dokter menyarankan agar saya harus standby di ruang tunggu,
Saya juga faham, bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi, mengingat kondisi istri yang kadang sadar
dan kadang juga tidak sadar. Sementara pasien sebelah istri saya selama empat hari sudah berganti
tiga pasien. Mereka berjuang dengan maut, dan ternyata ajal lebih cepat menjemput.Beberapa kali kera
bat pasien sebelah istri menyalami saya sambil berlinangan air mata, sambil mendoakan semoga istri
bapak lekas sembuh...meski dalam bathin saya, apakah istri saya juga akan menyusul mereka...?


Saya masih ingat pada malam kelimanya, Dokter Afdhalun Hakim, Dokter spesialis jantung RSOB memanggil
saya, Begini pak... Serangan jantung ibu ini sudah mempengaruhi otak,jadi kondisi ibu sering tidak
sadarkan diri, dan maaf kalau terpaksa tangan ibu kami ikat, karena dalam keadaan tidak sadar, ibu
sering membuka tali infusnya. Memang beberapa kali saya melihat istri, seakan akan dia sudah tidak
mengenaliku lagi.Ya banyak-banyak berdo'a pak.... moga ibu cepat sembuh, itulah yang selalu dokter
sarankan pada saya, meski saya menangkap harapan untuk sembuh masih 50 persen..


Kira-kira jam 02 dinihari saya di kejutkan oleh suara sirine ambulance yang datang, seorang pasien
didorong masuk pakai brankar diiringi istri dan dua anaknya. Saat suaminya di ketahui sudah me-
ninggal dunia, pecahlah tangis ibu dan kedua anaknya, mereka persis duduk di ruang tunggu samping saya.
Malam itu ibunya cerita, waktu nonton sepak bola di TV, tiba2 suaminya pingsan tak sadarkan diri.
dia tinggal di rumah sewa, sementara suaminya sopir taksi sewaan,dengan penghasilan pas-pasan.
Trenyuh juga mendengar critanya, ternyata dalam dalam kesusahan dan kegelisahanku ada juga kawan yang
senasib dan sepenanggungan.


Pagi hari sekitar jam setengah tujuh, untuk yang kedua kali saya duduk berdampingan dengan ibu dan kedua
anaknya di warung kantin dekat rumah sakit, kembali saya di pertemukan dengan kondisi serba tanpa kata
dan bicara, hanya seulas senyum malas sambil mengeser tempat duduknya untuk memberi ruang duduk kepada
saya.Sebentar sebentar dia mengusap matanya yang memerah sembab sambil sesekali tangannya memainkan
sendok teh yang ada di hadapannya. sementara kedua anaknya nampak lahap menyantap lontong sayur.
Pelan-pelan saya merogoh kantong celana, saya lihat masih ada sisa duit 250rb, sisa nebus obat tadi
malam.Bismillahirrohmanirrohiem... pada saat ini saya lagi susah, akan tetapi saya juga tidak sanggup
melihat kesusahan dan penderitaannya.Ya Alloh... moga saya bukan termasuk orang yang sombong...!meno
long orang disaat kita sendiri butuh pertolongan.Ku berikan sisa duit nebus obat pada kedua anaknya.
Kusisain 50rb cukuplah, untuk jagan2 beli rokok dan bensin.
Bu... tolong di bantu doanya ya...! moga istri saya cepet sembuh... kataku.
Wahhh makasih ya pak... makasih...katanya, nampak butiran bening keluar dari sudut kelopak matanya.
Cepat-cepat saya bayar makanan dan segera keluar warung...saya tidak mau larut dalam kesedihan, tapi
sungguh saat itu keluar juga air mataku.


Kira kira jam sembilan pagi, saya di panggil dokter, secepatnya saya masuk ke ruang dokter, Ada apa
dok..? tanyaku tak sabar. Begini pak... hasil pemantauan monitor, dalam 2 jam terakhir ini kondisi
ibu cukup stabil, Bapak kemas-kemas dulu aja..! kita tunggu 2 jam lagi, kalau keadaannya stabil ibu
bisa di pindahkan ke rawat inap biasa...Alhamdulillah.... Cepat-cepat saya masuk keruang pasien untuk
 memastikan kondisi istri. Seakan tak percaya.. istriku sudah duduk sambil senyum
menyalamiku...Alhamdulillahi robbil alamin...


Kehidupan bukan hanya sekedar dijalani dan dinikmati.Ada banyak misteri yang menjadi agenda untuk kita
kaji, kita olah dan kita pecahkan. Rasionalitas tidak menjamin untuk bisa menembus misteri tersebut.
jalinan sinergi antara akal fikiran dan hati sanubari akan membawa kita kepada sifat kearifan (tanggap
ing sasmito) dan menghayati akan hakekat tujuan hidup yang sebenarnya.
Semoga kita termasuk orang yang mau belajar akan makna kehidupan, dan bukan termasuk orang yang tahu
arti kehidupan justru setelah datangnya kematian.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar