Selasa, 13 Oktober 2009

FALSAFAH KENCING

Perkenalanku dengan mas Handoko tanpa sengaja, duduk di bangku warung kopi depan BCA Jodoh, Batam
membawa kami dalam obrolan panjang, saya lebih banyak jadi pendengar. Entah sudah berapa batang ro-
kok Jie sam soe yang di habiskan, sambil sesekali nyrutup kopi susu di hadapannya.Ceritanya mengalir
lancar... seakan-akan kita sudah mengenal lama. Wah... sedih dan sakit mas... kalau mengingat kejadi-
an itu. Harta yang kukumpulkan selama bertahun-tahun amblas sedemikian cepatnya. Sementara usaha yang
selama ini kurintis tiba-tiba mengalami stagnasi, mogok di tengah jalan. Yang paling tragis justru
istriku tidak di fihakku, dia tak henti-hentinya menyalahkan langkahku.Pokoknya sakitlah mas.....

Rupanya Mas Handoko adalah salah satu dari sekian ratus atau bahkan sekian ribu orang yang menjadi
korban pesta demokrasi beberapa bulan yang lalu. Ambisi dan harapan besar ternyata hanyalah dalam
fikiran dan angan-angan belaka, realitas yang sebenarnya jauh dari yang diharapkan.
Saya tidak mengatakan bahwa dia telah mengambil langkah dan keputusan yang salah, akan tetapi titik
permasalahan adalah pada proses ketidak berdayaan dirinya dalam mengontrol "software maupun proccessor"
dalam dirinya.Akal fikiran dan akal budi terkadang tertutup oleh dominasi hawa nafsu diri manusia.
Sisi baik dan sisi buruk manusia adalah menjadi dua bagian yang tidak pernah terpisahkan, seperti
bayangan yang senantiasa setia menyertai setiap gerak langkah kita. Sebagaimana etnis china
melambangkan hal tersebut dengan dua gambar bulatan zing dan zang yang saling melengkapi antara keduanya.

Bukankah Adam dan Hawa pernah melakukan kesalahan besar, dikarenakan ketidak mampuan dirinya dalam
mengontrol hawa nafsu dan keinginannya...? sampai-sampai tangane nggratel dan mbrakoti buah kuldi,
meskipun peringatan itu telah berkali kali disampaikan kepada mereka...
Dan pertanyaannya adalah... Apakah kesalahan Adam murni karena ketidakberdayaan dirinya dalam menge
lola hawa nafsunya...? atau memang ada skenario dan kekuatan besar dimana dia tidak kuasa menolak
untuk tidak melakukan itu semua...? Kalau kedua jawaban itu betul... sungguh kesalahan yang dilaku
kan manusia adalah bagian dari proses pembelajaran yang mau atau tidak, siap atau tidak itu bagian
dari ritme kehidupan yang harus dilalui. "Menungso sak dermo nglampahi", adalah aktualisasi ucapan
dari ketidak berdayaan tersebut.

Mas Han.... panggilku... saya mau bertanya, tapi semoga mas tidak tersinggung dengan pertanyaan saya.
Apa yang menjadi melatar belakangi dan memotivasi anda, sehingga sampeyan memutuskan untuk menjadi
caleg...? sementara kalkulasi rasio cukup susah untuk menganalisa, justru dominasi gambling jauh lebih
kuat... Begini mas, ada banyak ide dalam fikiran saya untuk bisa membantu membangun negeri, dan itu
tidak bisa saya lakukan kalau saya tidak masuk dalam lingkaran itu...maksudnya saya terlibat aktif
dan ikut andil dalam mengambil kebijakan. Kalau jawabannya itu saya sudah bosen mas...hampir semua
caleg jawabannya begitu... kataku. Saya mau yang lebih specifik...yahhh saya kira mas sudah faham..
sambungnya, intinya kan pingin mengangkat derajat dan martabat sekaligus finansial keluarga saya..
Okeylah mas... saya sudah menangkap maksud sampeyan.

Ketika terjadi miss komunikasi antara akal fikiran dan akal budi sehingga memutuskan jalinan
harmonisasi antara keduanya, maka yang muncul adalah hawa nafsu. Maka dari situlah berbagai kesalahan
dilakukan manusia.Dua aspek zing dan zang atau wujud dan bayang sudah tidak berjalan seimbang. Dalam
titik kulminasi terendah, manusia tidak berpijak pada realitas, tapi hidup dalam bayang-bayang.

Mas Han...Sampeyan mau hidup enak dan kepenak...? hidup penuh dengan kenikmatan....? yaaa mas...
gimana caranya...? kemarin saya malah sempat bosan hidup je.... gimana..? lanjutkan mas ..pintanya.
Belajarlah menjalin sinergi atau harmonisasi antara akal fikiran dan akal budi...? Apa yang sampean
fikirkan dan akan lakukan biarlah semuanya berjalan alamiah, natural, bukan karena nafsu... bukankah
nafsu itu identik dengan syetan...? Umpama sampeyan pingin mobil, itu semata-mata karena kalau pakai
motor anak istri sudah tidak bisa terangkut semua... bukan karena nafsu.. biar di pandang wah...,
Atau sampeyan pingin naik haji, karena panggilan hati dan finansialnya mendukung... lha nek sugih
naik haji itu wajib je... dan bukan karena pingin menjadi Bapak Haji Handoko.... wah..wah... sampeyan
ki kok ono-ono wae to mas....

Ketika jalinan sinergi sudah terbentuk, kehidupan berjalan alamiah, lillahi ta'ala, maka konsep HIDUP
IKHLAS sesungguhnya sudah dimulai. Pembelajaran akan hal tersebut, bisa kita temukan dalam aktifitas
kita sehari hari. Berapa kali kita melakukan, dimana kita melakukan hampir kita tidak pernah mengi-
ngatnya. Marilah kita belajar akan FALSAFAH KENCING, karena disitulah sarat dengan keikhlasan.

Wah... nggak terasa ya mas, kae jagone wes kluruk... bakule yo wes lenthak-lenthuk...lain waktu obro-
lan kita sambung lagi, insya alloh tema obrolan kita yang besuk lebih seru lagi mas...lebih dahsyat
hehehe. Mas Handoko menjabat erat tanganku... nampak ada keceriaan diwajahnya. Sayup2 terdengar lagu
Dalang Poer dari Hp bakule gorengan....Cobo to gagasen lelakonku iki...ora ono senenge susah sing tak
temoni....wahhh jan nandes tenan....







Sabtu, 10 Oktober 2009

MENGASAH KECERDASAN EMOSIONAL

Memaknai sinyal ataupun isyarat dalam dinamika kehidupan adalah sesuatu hal yang seharusnya kita sikapi
dan merupakan proses pembelajaran yang tiada pernah berakhir. Sistim pendidikan kita yang lebih
menitik beratkan kepada membangun kecerdasan intelektual, dan ilmu-ilmu rasionalitas sehingga tidak
terjadi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
Dalam banyak kasus, keputusan tidak diambil berdasarkan perpaduan antara keduanya, tetapi
lebih mengacu pada rasionalitas, untung dan rugi atau positif dan negatif.


Cerita di bawah ini adalah salah satu contoh dari pengalaman pribadi penulis,yang hingga saat ini
masih dalam proses meraba-raba, menggali dan mengkaji akan makna dan kehebatan "hati sanubari" atau
lebih tepat masih dalam proses membangun kecerdasan emosional.
Sedikitpun tidak bermaksud untuk menyombongkan, membanggakan... semoga jauh dari itu semua..!
Semoga bermanfaat untuk para pembaca....


Sudah empat hari saya menunggui istri yang di rawat di ICU Rumah Sakit Otorita Batam. Empat hari itu
juga saya harus tidur di ruang tunggu, Dokter menyarankan agar saya harus standby di ruang tunggu,
Saya juga faham, bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi, mengingat kondisi istri yang kadang sadar
dan kadang juga tidak sadar. Sementara pasien sebelah istri saya selama empat hari sudah berganti
tiga pasien. Mereka berjuang dengan maut, dan ternyata ajal lebih cepat menjemput.Beberapa kali kera
bat pasien sebelah istri menyalami saya sambil berlinangan air mata, sambil mendoakan semoga istri
bapak lekas sembuh...meski dalam bathin saya, apakah istri saya juga akan menyusul mereka...?


Saya masih ingat pada malam kelimanya, Dokter Afdhalun Hakim, Dokter spesialis jantung RSOB memanggil
saya, Begini pak... Serangan jantung ibu ini sudah mempengaruhi otak,jadi kondisi ibu sering tidak
sadarkan diri, dan maaf kalau terpaksa tangan ibu kami ikat, karena dalam keadaan tidak sadar, ibu
sering membuka tali infusnya. Memang beberapa kali saya melihat istri, seakan akan dia sudah tidak
mengenaliku lagi.Ya banyak-banyak berdo'a pak.... moga ibu cepat sembuh, itulah yang selalu dokter
sarankan pada saya, meski saya menangkap harapan untuk sembuh masih 50 persen..


Kira-kira jam 02 dinihari saya di kejutkan oleh suara sirine ambulance yang datang, seorang pasien
didorong masuk pakai brankar diiringi istri dan dua anaknya. Saat suaminya di ketahui sudah me-
ninggal dunia, pecahlah tangis ibu dan kedua anaknya, mereka persis duduk di ruang tunggu samping saya.
Malam itu ibunya cerita, waktu nonton sepak bola di TV, tiba2 suaminya pingsan tak sadarkan diri.
dia tinggal di rumah sewa, sementara suaminya sopir taksi sewaan,dengan penghasilan pas-pasan.
Trenyuh juga mendengar critanya, ternyata dalam dalam kesusahan dan kegelisahanku ada juga kawan yang
senasib dan sepenanggungan.


Pagi hari sekitar jam setengah tujuh, untuk yang kedua kali saya duduk berdampingan dengan ibu dan kedua
anaknya di warung kantin dekat rumah sakit, kembali saya di pertemukan dengan kondisi serba tanpa kata
dan bicara, hanya seulas senyum malas sambil mengeser tempat duduknya untuk memberi ruang duduk kepada
saya.Sebentar sebentar dia mengusap matanya yang memerah sembab sambil sesekali tangannya memainkan
sendok teh yang ada di hadapannya. sementara kedua anaknya nampak lahap menyantap lontong sayur.
Pelan-pelan saya merogoh kantong celana, saya lihat masih ada sisa duit 250rb, sisa nebus obat tadi
malam.Bismillahirrohmanirrohiem... pada saat ini saya lagi susah, akan tetapi saya juga tidak sanggup
melihat kesusahan dan penderitaannya.Ya Alloh... moga saya bukan termasuk orang yang sombong...!meno
long orang disaat kita sendiri butuh pertolongan.Ku berikan sisa duit nebus obat pada kedua anaknya.
Kusisain 50rb cukuplah, untuk jagan2 beli rokok dan bensin.
Bu... tolong di bantu doanya ya...! moga istri saya cepet sembuh... kataku.
Wahhh makasih ya pak... makasih...katanya, nampak butiran bening keluar dari sudut kelopak matanya.
Cepat-cepat saya bayar makanan dan segera keluar warung...saya tidak mau larut dalam kesedihan, tapi
sungguh saat itu keluar juga air mataku.


Kira kira jam sembilan pagi, saya di panggil dokter, secepatnya saya masuk ke ruang dokter, Ada apa
dok..? tanyaku tak sabar. Begini pak... hasil pemantauan monitor, dalam 2 jam terakhir ini kondisi
ibu cukup stabil, Bapak kemas-kemas dulu aja..! kita tunggu 2 jam lagi, kalau keadaannya stabil ibu
bisa di pindahkan ke rawat inap biasa...Alhamdulillah.... Cepat-cepat saya masuk keruang pasien untuk
 memastikan kondisi istri. Seakan tak percaya.. istriku sudah duduk sambil senyum
menyalamiku...Alhamdulillahi robbil alamin...


Kehidupan bukan hanya sekedar dijalani dan dinikmati.Ada banyak misteri yang menjadi agenda untuk kita
kaji, kita olah dan kita pecahkan. Rasionalitas tidak menjamin untuk bisa menembus misteri tersebut.
jalinan sinergi antara akal fikiran dan hati sanubari akan membawa kita kepada sifat kearifan (tanggap
ing sasmito) dan menghayati akan hakekat tujuan hidup yang sebenarnya.
Semoga kita termasuk orang yang mau belajar akan makna kehidupan, dan bukan termasuk orang yang tahu
arti kehidupan justru setelah datangnya kematian.......